TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA
- Seluruh kandidat presiden Indonesia pada pemilihan umum presiden 2009
ditengarai telah melakukan klientelisme, atau praktik pertukaran
dukungan dari pemilih dengan pemberian materi. Bantuan langsung tunai
menjadi senjata utama calon penguasa untuk merebut hati rakyat miskin.
Demikian
hasil penelitian yang dilakukan Drs. Mulyadi Sumarto, MPP, staf
pengajar Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (UGM). Telah memperlihatkan
bahwa Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang didistribusikan menjelang
pemilihan umum (pemilu) presiden 2009 memang dirancang untuk membeli
suara masyarakat.
“Kita perhatikan saja bahwa BLT didistribusikan
pada masa kampanye pemilu dan diklaim sebagai kebaikan presiden yang
berkuasa yang menjadi kandidat presiden berikutnya untuk memobilisasi
pemilih,” demikian ungkap Mulyadi yang menjadi pembicara dalam Seminar
Bulanan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM bertema
Kebijakan Sosial dan Klientelisme: Makna Politik Program Bantuan
Langsung Tunai pada Pemilihan Presiden 2009, Kamis (5/1/2012).
Lebih
lanjut, pada seminar yang diselenggarakan di Ruang Auditorium Lantai 2
Gedung Masri Singarimbun PSKK UGM tersebut, Mulyadi mengatakan bahwa
klaim terhadap program BLT tidak hanya dilontarkan oleh calon presiden
dari partai penguasa, Susilo Bambang Yudhoyono, namun juga oleh pesaing
politiknya, yaitu Megawati Soekarno Putri dan Jusuf Kalla. Masing-masing
dari mereka mengeklaim bahwa program BLT merupakan wujud kebaikannya
dan mereka memberikan kontribusi dalam pelaksanaan program tersebut demi
mendapatkan dukungan politik dari pemilih. (*)
No comments:
Post a Comment