JAKARTA (Pos Kota) -Sebanyak 50 nelayan ting-ting (tradisional) di
Muara Angke, Kelurahan Pluit, Jakarta Utara, terancam tidak bisa melaut
hingga bulan Febuari tahun akibat cuaca buruk musim ‘Angin Baratan’.
Alhasil, imbasnya para nelayan tradisional itu juga kesulitan mengais
rejeki dan terancam tidak bisa membeli sembako untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
“Selama ini mereka dapat uang dari hasil jual ikan tangkapannya, ya
kalo tidak melaut dari mana uangnya untuk beli beras dan lauk
sehari-hari. Terpaksa deh kita saling bantu carikan pinjaman sana sini,
yang penting ngak kelaparan, soal ganti dibayar nanti setelah melaut lagi,”keluh Aziz, Ketua SNT (Serikat Nelayan Tradisional) DKI Jakarta.
Ia menjelaskan, sejak Desember lalu, para nelayan tradisonal
nganggur, mereka tidak berani melaut. Apalagi, ditenggarainya, perahu
yang dipakai tidak bisa diandalkan karena memakai mesin merek Dongsen
(china) 2 PK.
Bahkan, lanjutnya, masih ada nelayan tradisional memakai perahu
dayung. Ketimbang nelayan modern. “Mana bisa mereka menembus ombak
setinggi 3 meter, hujan deras dan angin kencang, perahunya aja sarat
kelaikan,”tambahnya.
Sementara itu lanjutnya, sisi lain selagi kondisi bencana begini para
nelayan tradisional tidak punya modal dan keahlian lain yang
tujuannya semata-mata agar bisa menyambung hidup.
Memang akuinya, selama musim baratan, para nelayan Ting-Ting sudah
pernah meminta SNT sebagai wadah kelompok dalam peroleh bantauan ke
Pemda DKI melalui Sudin P2K (Peternakan, Perikanan dan Kelautan) Jakut. Namun, usaha tersebut hingga kini belum di akomodir, lantaran nelayan Ting-Ting harus mematuhi beberapa syarat sebagai kelompok.
“Kami kesulitan mendapatkan bantuan maupun pinjaman kepada Sudin P2K
Jakut, karena kami belum diakui, sabaiknya apa yang didapatkan nelayan
lain bisa juga didapatkan kami,”keluhnya.
Secara terpisah, Kasudin P2K Jakut, Sri Haryati,membenarkan, tidak
memberikan bantuan. Seperti, sembako terhadap nelayan Ting-Ting dalam
hadapi musim paceklik saat ini.
Sebab, lanjutnya, SNT sebagai wadah tidak terdaftar di Sudin P2K
Jakut.”Memang tidak ada, kami coba untuk mendatangi mereka agar membuat
kelompok sehingga kedepan dapat bantuan jika terjadi bencana-bencana
seperti ini,”katanya.
Ia menambahkan, selama kondisi alam buruk seperti saat ini, pihaknya
telah melaporkan kepada kepala bidang perikanan di Dinas P2K DKI Jakarta
untuk mencari solusinya.
Termasuk untuk 11 kelompok nelayan tangkap yang sudah terdaftar di
Sudin P2K Jakut.”Sedang dilakukan, kemungkinan tahun 2012 akan turun
anggaran PUM (pemberdayaan Usaha Mina), tiap kelompok memperoleh sekitar
Rp100 juta, tujuan untuk membuat usaha lain seperti budidaya ikan lele,
sama seperti dengan Dirjen Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan,
jika terjadi paceklik ikan atau bencana alam,”tambahnya.
No comments:
Post a Comment