Bandung -
Kemiskinan bukan hal asing bagi mayoritas masyarakat
Indonesia. Sejak sebelum merdeka hingga saat ini belenggu kemiskinan
masih menjerat masyarakat. Data LBB tahun 2010 yang lalu telah
menetapkan Indonesia sebagai Negara termiskin di ASEAN.
Miris?
Tentu saja. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang menyimpan berjuta
potensi alam. Minyak bumi, emas, batu bara, gas alam, uranium dan
berbagai jenis mineral lainnya terdapat di Negeri yang dijuluki Zamrud Khatulistiwa ini. Sayang, sejak dulu pun kekayaan alam tersebut tak
pernah dicicipi oleh masyarakat Indonesia.
Sejak dibuka pintu
liberalisasi dan privatisasi SDA dan BUMN (masa Orde baru), para
investor dan pengusaha asing berbondong bodong datang ke Indonesia dan
saling sikut memperebutkan harta kekayaan negeri muslim terbesar ini.
Sejak
saat itu, perampokan SDA semakin menjadi hingga hampir 80%-nya dikuasai
oleh asing. Masyarakat? Hanya menerima remeh-remehnya yang tak
seberapa.
Itulah yang terjadi tatkala SDA yang notabene milik
Rakyat dikelola dengan berlandaskan Kapitalisme-Liberal. Kapitalisme
dengan mekanisme privatisasi dan kebebasan kepemilikan dapat dipastikan
akan menciptakan kejomplangan kekayaan di tengah masyarakat.
Sistem
ekonomi Islam menawarkan solusi yang benar dalam hal distribusi
kekayaan. Islam memandang bahwasanya privatisasi SDA yang berjumlah
melimpah adalah haram. Islam dengan pembagian tiga jenis kepemilikan
(kepemilikan umum, Negara, dan privat) secara nyata dapat menciptakan
mekanisme pendistribusian kekayaan secara adil.
Distribusi
kekayaan sedemikian tentunya hanya dimiliki oleh sistem ekonomi Islam
sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang berlandaskan pada wahyu Allah
yang pasti luput dari kesalahan. Untuk menerapkan sistem ekonomi Islam
ini, tak ada cara lain selain dengan menerapkan sistem Islam secara
keseluruhan yakni dalam bingkai Negara Khilafah.
*Penulis adalah Aktivis Gerakan Mahasiswa Rindu Khilafah
No comments:
Post a Comment